Warsawa - Polandia
membutuhkan banyak guru bahasa Indonesia karena Sejumlah perguruan
tinggi sudah membuka mata pelajaran bahasa Indonesia. Para mahasiswa di
sana membentuk kelompok yang khusus mempelajari budaya Indonesia, bahkan
sudah terbentuk kelompok gamelan Jawa yang selalu mendapat tawaran
bermain di berbagai kota di Indonesia.
Demikian terungkap dalam acara dialog Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dengan 18 utusan dari Friends of Indonesia, Indonesia
diaspora, dan akademisi Polandia di Hotel Hyatt Regency, Warsawa, Rabu
(4/9) waktu setempat.
Dubes Indonesia untuk Polandia Darmansjah Djumala menjelaskan,
Friends of Indonesia atau Sahabat Indonesia adalah sebuah paguyuban yang
baru dibentuk setahun terakhir, tapi sudah memiliki empat cabang.
Mereka terdiri atas anak-anak muda Polandia yang mendapat bea siswa dari
pemerintahnya untuk mempelajari budaya dan bahasa Indonesia.
"Orang Polandia umumnya tidak mengenal Indonesia karena orang
Indonesia yang datang Polandia terlalu minim, sama minimnya dengan orang
Polandia yang ke Indonesia," kata Darmansjah.
Ia mengimbau para siswa Indonesia untuk belajar di Polandia karena
negeri ini memiliki banyak universitas berkualitas di atas rata-rata
universitas di Eropa. Mahasiswa dari Eropa Tengah, Eropa Timur, bahkan
dari Eropa Barat banyak yang belajar di Polandia.
Presiden SBY menginstruksikan Menteri Luar Negeri, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, dan Dubes Indonesia untuk Polandia agar membantu
Friends of Indonesia sehingga kegiatan mereka bisa cepat menyebar. Salah
satu langkah penting adalah pengiriman pelajar dan mahasiswa Indonesia
untuk melanjutkan studi di Polandia dan menjembatani orang Polandia yang
ingin belajar tentang Indonesia.
"Saya mengharapkan kiranya hubungan kedua negara makin erat dan itu
hanya mungkin dari pegenalan yang intensif. Orang Indonesia bilang, tak
kenal maka tak sayang," kata Presiden. Untuk merintis persahabatan,
Indonesia dan Polandia harus saling mengenal.
Orang Indonesia yang sudah 18 tahun bekerja di Polandia, Teijo
Gumilar mengatakan, dirinya tidak sulit mendapatkan pekerjaan di
Polandia. Berawal dari mahasiswa penyandang bea siswa untuk desain
teknologi, ia kemudian memilih bekerja di Polandia dan ikut mengajar
bahasa Indonesia. "Kursus bahasa Indonesia cukup banyak peminat di
sini," katanya.
Wanita Polandia, Maria Ilnatam, pernah tujuh tahun belajar di
Indonesia dan memilih Padang, Sumatera Barat. Ia sampai menikah dengan
pria Minang dan kini keduanya bekerja di Polandia.
Saat ini, kata Presiden, dunia menghadapi dua arus besar. Arus
pertama adalah kekuatan yang ingin konflik dan perang. Setiap saat yang
dilihat adalah perbedaan dan mereka selalu mengupayakan konflik dan
perang. Sedang arus kedua adalah arus yang menyatukan. Yang selalu
diupayakan adalah kerjasama dan langkah pertama adalah pengenalan.
"Mengapa kita tidak meningkatkan hubungan kita untuk saling membantu?" kata Presiden.
"Membuat perang sangat mudah, mengakhiri perang sulit. Tapi, jauh
lebih sulit menjaga perdamaian," ungkap SBY. Presiden mengajak anak-anak
mudah Polandia datang ke Indonesia untuk langsung mengenal Indonesia
dari dekat.
Presiden mengimbau anak-anak muda untuk menggunakan sof power, bukan hard power.
Masalah harus bisa diselesaikan dangan dialog dan saling pengertian.
Untuk itu, saling memahami budaya dan bahasa masing-masing adalah hal
penting.
"Saya imbau anak-anak muda menggunakan soft power untuk menyatukan dunia," kata SBY.
Presiden berterimakasih kepada semua pihak yang sudah memungkinkan
kerjasama antarperguruan tinggi, menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bidang studi, dan mempelajari seni budaya Indonesia. Langkah ini membuat
Polandia dan Indonesia semakin dekat.
"Saya baru bertemu Presiden, Perdana Menteri, dan Senat Polandia.
Kami bertekad untuk meningkatkan kerjasama. Yang membuat kokoh adalah people-to-people relationship. Yang sudah Anda rintis adalah langkah benar," kata Presiden kepada para peserta pertemuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hidup Adalah Perjuangan