Hari ini, tepat enam tahun lalu, Indonesia mengawali kampanye Piala Asia
2007 dengan kemenangan mengejutkan 2-1 atas Bahrain di stadion Gelora
Bung Karno, Jakarta.
Piala Asia 2007 digelar serentak di empat negara Asia Tenggara. Selain Indonesia, turnamen juga digelar di Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Belakangan AFC setengah menyesal memberikan keputusan ini karena kendala logistik yang dihadapi selama penyelenggaraan turnamen. Dua finalis, misalnya, Irak dan Arab Saudi harus terbang berkeliling sebelum berlaga di babak puncak.
Piala Asia 2007 digelar serentak di empat negara Asia Tenggara. Selain Indonesia, turnamen juga digelar di Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Belakangan AFC setengah menyesal memberikan keputusan ini karena kendala logistik yang dihadapi selama penyelenggaraan turnamen. Dua finalis, misalnya, Irak dan Arab Saudi harus terbang berkeliling sebelum berlaga di babak puncak.
INDONESIA 2-1 BAHRAIN |
Gelora Bung Karno, Jakarta, 10 Juli 2007 (80.000 penonton) Wasit: Yuichi Nishimura (Jepang) |
Budi Sudarsono 14', Bambang Pamungkas 64'; Sayed Jalal 27' |
Indonesia Jendri Pitoy;
Ricardo Salampessy, Mahyadi Panggabean (Eka Ramdani 32'), Ricardo
Salampessy, Charis Yulianto, Maman Abdurrahman; Ponaryo Astaman (Syamsul
Bachri 35'), Firman Utina, Muhammad Ridwan; Elie Aiboy (Supardi 86'),
Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas.
Pelatih: Ivan Kolev (Bulgaria)
Bahrain
Abdulrahman Abdulkarim; Abdulla Marzooq, Hussain Ali Baba. Sayed Jalal,
Rashed Al Dosari / Abdulla Baba Fatadi (83'), Abdullah Omar / Talal
Yousef (66'), Faouzi Aaish, Mahmood Abdulrahman, Mohamed Hubail / Husain
Ali (80'), Jaycee John, A'ala Hubail.
Pelatih: Milan Maccala (Ceko) |
Kembali ke Indonesia. Tim Merah-Putih ditangani kembali oleh Ivan Kolev.
Ini menjadi periode kedua kepemimpinan Kolev di timnas setelah tiga
tahun sebelumnya juga berkiprah di ajang serupa di Cina. Guna menunjang
persiapan, kompetisi domestik diliburkan dua bulan sebelum turnamen
dimulai. Kolev mengusung formasi 4-3-3 dengan mengandalkan kelebihan
Indonesia dalam hal kecepatan.
Tidak banyak fans yang antusias
menyaksikan pertandingan melawan Bahrain pada laga perdana Grup D.
Stadion GBK "hanya" terisi 60 ribu penonton. Bahrain merupakan
semi-finalis turnamen terdahulu dan hampir saja lolos ke Piala Dunia
2006 setelah dikalahkan Trinidad & Tobago di babak play-off
antarbenua.
Tuan rumah pun diprediksi hanya menjadi penggembira
dalam turnamen ini, tapi ada yang istimewa ketika pertandingan memasuki
menit ke-14. Budi Sudarsono menyambut sodoran Firman Utina dan mengecoh
kiper Abdulrahman Abdulkarim sebelum menceploskan bola ke dalam gawang
kosong.
Tidak ada yang mengira Indonesia mampu memetik keunggulan
lebih dahulu. Namun, kegembiraan itu hanya bertahan 13 menit. Sayed
Jalal menyambar bola liar untuk menaklukkan Jendri Pitoy. Wajah-wajah
kecemasan pun ganti menyelimuti stadion.
Di atas lapangan,
Indonesia mampu mengimbangi Bahrain. Meski kehilangan Mahyadi Panggabean
dan Ponaryo Astaman yang cedera di babak pertama, tuan rumah tetap
mampu menggalang kekompakan. Hasilnya, stadion GBK kembali meledak
ketika Bambang Pamungkas menyambar bola muntah tendangan Firman yang
menghantam tiang gawang.
Indonesia mempertahankan keunggulan 2-1
hingga pertandingan selesai. Hasil ini memancing animo masyarakat pada
dua pertandingan setelahnya menghadapi Arab Saudi dan Korea Selatan.
Stadion GBK yang khusus direnovasi untuk Piala Asia disesaki penonton
dengan kapasitas tempat duduk selalu penuh. Sayangnya, Indonesia tak
lagi memetik kemenangan pada dua pertandingan tersisa sehingga gagal
melangkah ke perempat-final.
Kemenangan Indonesia atas Bahrain
memiliki lingkup lebih luas karena membuktikan potensi yang dimiliki
sepakbola nasional, baik dari segi olahraga maupun komersil. Sejak itu
pula timnas Indonesia menjadi primadona, stadion penuh sesak dengan
penonton yang berebut mencari tiket, serta tak ayal pula turut menyeret
kepentingan politik ke dalam lapangan hijau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Hidup Adalah Perjuangan